Disusun
untuk memenuhi tugas
Mata
kuliah Budaya Jawa
Dosen
pengampu : Didik Supriyadi
Oleh
Indah Pratiwi Puspitasari
2601414064
Rombel
3
PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN
SENI
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2015
A. JUDUL
Tradisi nyadran atau bersih desa yang masih
dilaksanakan di dhusun Gilis.
B. PENDAHULUAN
Bersih desa merupakan tradisi turun
temurun dalam kebudayaan masyarakat . Di Jawa khususnya, ritual bersih desa
telah dilakukan berabad-abad lamanya. Ritual bersih desa di jawa merupakan
wujud bersatunya manusia dengan alam. Ritual Bersih Desa dapat didefinisikan
sebagai wujud rasa syukur warga sebuah desa atas berkat yang diberikan Tuhan
kepada masyarakat desa, baik dari hasil panen, kesehatan, dan kesejahteraan
yang telah diperoleh selama setahun dan juga sebagai permohonan kepada Yang
Maha Kuasa akan keselamatan dan kesejahteraan warga desa untuk satu tahun
mendatang.
C. PELAKSANAAN
Ritual
Bersih Desa sendiri biasanya dilaksanakan satu kali dalam setahun setelah musim
panen tiba dan tradisi ini telah dilakukan secara turun-temurun dari zaman
nenek moyang. Adapun
pelaksanaannya antara lain sebagai berikut :
a)
Waktu
Menurut tradisi dhusun Gilis, upacara dilaksanakan pada hari jum’at legi.
b)
Tempat
Adapun tempat yang digunakan untuk melaksanakan ritual Bersih Desa tersebut yaitu di Punden
Sentana dhusun Gilis.
c)
Kepanitiaan
Masyarakat
dhusun Gilis setempat.
D.
TATA CARA
a) Ritual Bersih Desa sendiri terdiri
dari beberapa tahapan, diawali dengan kerja bakti membersihkan lingkungan yang
dilakukan oleh seluruh warga dhusun Gilis baik membenahi jalan atau gang-gang, selokan, pos ronda
agar terlihat rapi dan bersih. Selain itu biasanya warga juga membersihkan
makan-makam yang dianggap keramat, terutama makam-makam leluhur, sosok atau
tokoh yang pernah menjadi panutan masyarakat setempat. Tujuan lain adalah untuk
membersihkan halangan atau kesusahan yang ada (resik sukerta/sesuker) agar
kehidupan seluruh warga tenang dan tenteram.
b) Kegiatan ini kemudian dilanjutkan
dengan persiapan upacara adat yang dilaksanakan untuk wujud syukur dan
permohonnan kepada Tuhan YME atas kesejahteraan dan kesehatan yang diberikan
kepada warga dhusun Gilis.
c) Kegiatan ini biasanya disertai
dengan kirab yaitu iring-iringan yang menyertai perjalanan upacara adat menuju
tempat yang dianggap keramat dan dibawa pula sesaji yang berasal dari hasil
panen warga dhusun Gilis
yang dipersembahkan kepada leluhur sebagai symbol kesejahteraan yang mereka
peroleh selama setahun.
d) Adapun sesaji yang menjadi bagian
dari kegiatan upacara adat ini akan dibagikan atau diperebutkan oleh warga dhusun Gilis yang percaya bahwa sesaji tersebut
bisa mendatangkan berkah. Umumnya sesaji yang dipergunakan seperti Nasi Gurih,
sebagai persembahan kepada para leluhur. Ingkung, sebagai lambang manusia
ketika masih bayi dan sebagai lambang kepasrahan pada Yang Maha Agung. Jajan
Pasar, sebagai lambang agar masyarakat mendapat berkah. Pisang Raja, sebagai
lambang harapan agar mendapat kemuliaan dalam masa kehidupan. Nasi Ambengan,
sebagai ungkapan syukur atas rezeki dari Yang Maha Agung. Jenang, berupa jenang
merah putih (lambang bapak dan ibu) dan jenang palang (penolak
marabahaya). Tumpeng, berupa tumpeng lanang (lambang Yang Maha
Agung) dan tumpeng wadon (lambang penghormatan pada leluhur) yang ukurannya
lebih kecil.
e) Ritual Besih Desa ini ditutup dengan
pegelaran kesenian, biasanya adalah wayang kulit dengan lakon cerita
“Makukuhani” atau “Sri Mulih” atau “Sri Boyong” yang mengisahkan legenda Dewi
Sri sebagai lambang kemakmuran agar terus bersemayam di desa tersebut. Namun
pagelaran kesenian ini di setiap daerah berbeda – beda.
E.
TATA KRAMA
Anjuran yang harus dilaksanakan yaitu dianjurkan
memilih hari yang baik. Misalnya menurut adat jawa hari pelaksanaanya pun tidak
sembarangan ditentukan, melainkan ada hari-hari tertentu di dalam kalender Jawa
yang merupakan hari sakral untuk melaksanakan Ritual Bersih Desa.
F.
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia dan alam merupakan satu
kesatuan. Hubungan dua elemen itu, seakan tak bisa lepas satu sama lain.
Hubungan simbiosis keduanya pun menjadi keniscayaan. Namun, dalam perkembangan
manusia modern, alam seakan menjadi objek untuk meneguhkan dan meneruskan
kehidupan manusia. Alam yang rusak, sampah dimana-mana, berimplikasi kepada
banyaknya bencana alam yang memakan banyak korban jiwa. Disinilah diperlukan
kesadaran ekologis manusia untuk paham dengan alam. Manusia yang secara sadar
peduli dengan alam. Yang menarik adalah, masyarakat kita, dahulu begitu
menghargai alam. Hal ini terbukti dengan adanya ritual bersih desa, sebagai
bentuk atau wujud penghormatan manusia terhadap alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar